Tersiar kabar telah terlihat dan tertangkap oleh kamera seekor Harimau Jawa setelah memangsa Banteng Jawa di Savana Penggembalaan Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Harimau Jawa mulai diburu sejak 1800-an dan 1900 awal. Ia dianggap punah pada 1976. Namun, bukti-bukti yang ditemukan oleh para peneliti membuat kita punya harapan optimistis: harimau Jawa masih ada di Ujung Kulon.Mendapati sebuah foto karnivora menerkam mangsa sebenernya adalah hal yang biasa, Namun jika menunjukkan sosok sebenarnya atau mirip seekor Harimau Jawa akan menjadi langka dan berbeda, menjadi sebuah harapan baru karena spesies dengan nama ilmiah Panthera tigris sondaica telah dianggap punah atau tidak ada sejak tahun 1976.
Go! Explore: Wisata Taman Nasional Ujung Kulon 3 hari 2 malam, Open Trip hanya IDR 750K/pax
Dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau sumatera. Harimau jawa jantan mempunyai berat 100-140 kg, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kg. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200-245 cm; hewan betina sedikit lebih kecil.
Harimau Jawa Panthera tigris sondaica yang hidup terakhir yang tertangkap kamera pada tahun 1938 di Ujung Kulon |
"Abah Gede" Tertangkap Kamera di Padang Penggembalaan Cidaon, Ujung Kulon
Menjadi sebuah kegiatan rutin bagi petugas Taman Nasional Ujung Kulon di sekitar kawasan Padang Penggembalaan Cidaon adalah melakukan pemantauan rutin terhadap populasi Banteng Jawa di Ujung Kulon. Pada waktu bersamaan terdapat juga beberapa tamu asing yang sedang berkunjung dan ditemani oleh pemandu wisatanya.Tanpa sengaja, pak Isnen, Kapten Kapal Ujung-Kulon.com melihat sosok "Abah Gede" atau "Lodaya" sebutan warga setempat untuk Harimau Jawa sedang berada ditengah-tengah Savana Cidaon. Bergegas memberitahukan petugas yang kebetulan hanya membawa kamera ponsel yang dipergunakan sehari-hari. Tanpa pikir panjang beberapa gambar dan video pendek diambil untuk mengabadikan momen langka tersebut.
Photo diatas diambil oleh Gabel (nama panggilan) salah seorang petugas Taman Nasional Ujung Kulon yang tidak sengaja melihat kucing besar tersebut saat kegiatan rutin monitoring populasi Banteng Jawa di Padang Savana/Pengembalaan Cidaon.Suasana di Padang Penggembalaan Cidaon saat itu relatif sepi dari hewan dan satwa liar dibandingkan biasanya, yang tertinggal hanyalah beberapa ekor Banteng liar dan bangkai seekor banteng serta beberapa Burung Merak Hijau disekitarnya.
Masyarakat sekitar memang mempercayai kalo Harimau Jawa masih ada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Semenanjung Ujung Kulon tersebut memang menjadi salah satu tempat hidupnya hewan karnivora yang mempunyai tubuh bercorak loreng itu, Savana Cidaon termasuk bagian dari zona inti taman nasional yang memiliki kawasan pengelolaan seluas 122.956 hektare.
Foto bidikan petugas TNUK itu memperlihatkan seekor banteng tergeletak mati, sedangkan seekor banteng lainnya tampak di belakangnya. Hewan buas diduga harimau Jawa itu kemudian beranjak pergi, sedangkan tiga ekor burung merak terlihat bergegas menghindarinya.
Menurut para Pakar Ahli, bukan Harimau Jawa melainkan Macan Tutul. Berita tersiarnya hasil dokumentasi dengan dugaan Harimau Jawa telah muncul lagi dari persembunyiannya, menggembirakan sekaligus ada yang menyangsikan kebenarannya jika predator itu adalah Harimau Jawa, khususnya dari kalangan peneliti dan pakar. Satu pihak peneliti yang ikut mendalami langsung, WWF Indonesia menyatakan 90 persen hasil foto dan video yang ada, bukan menunjukkan harimau jawa. [post_ads][next]
"Analisa sekilas dari hasil jepretan kucing besar itu sampai saat ini belum membuktikan itu adalah harimau. Dugaan yang paling kuat adalah macan dahan, atau Panthera pardus". dugaan WWF sementara karena memperhatikan masalah morfologi (ukuran/bentuk) kepalanya lebih kecil dari harimau, tinggi badan setara dengan merak dewasa, panjang ekor juga kurang, mencerminkan ciri dasar dari macan tutul bukannya harimau jawa.
Penelitian dengan metode morphometry, yaitu mengukur dimensi tubuh terduga harimau Jawa itu dengan pembanding kontrol seekor burung merak hijau, yang tak jauh dari keberadaan mamalia itu.
Hasil penelitian terduga harimau Jawa pada foto milik TNUK | Foto : Dok. Pusat Penelitian Biologi LIPI | x.detik.com |
Misteri Macan Loreng di Hutan Ujung Kulon
Dengan metode morphometry, diketahui ukuran tubuh hewan buas itu 100,9-111 cm dan panjang ekor 75,1-82,7 cm. Hasil temuan itu lalu dibandingkan dengan ukuran macan tutul yang memiliki panjang tubuh 92-190 cm dan panjang ekor 94-99 cm. “Dari sini saja kita bisa lihat ukurannya lebih mendekati ke macan tutul,” ujar Taufik dari LIPI kepada x.detik.com.Adapun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tegas menyatakan 90-95 persen foto predator yang diduga harimau Jawa itu adalah macan tutul Jawa.Teknik penelitian kedua masih dengan proses olah foto dokumentasi yaitu menggunakan metode deblurring dan contrast enhancement, yaitu melakukan serangkaian manipulasi foto untuk mempertajam sosok terduga harimau Jawa. Hasilnya, kulit macan yang terekam kamera itu memiliki motif bercak, sedangkan harimau Jawa motif kulitnya bergaris atau loreng.
Hingga saat ini diprediksi populasi macan tutul Jawa berjumlah 500 ekor. Angka ini saja kian hari kian menyusut bila melihat luasan hutan di Pulau Jawa, belum lagi aksi perburuan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Predator di Taman Nasional Ujung Kulon yang kerap ditemui adalah Macan Tutul (Panthera Pardus), Anjing Hutan (Cuon Alpinus), Macan Dahan (Neofelis Nebulosa), Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dan Kucing Hutan (Felis Bengalensis), tapi suhu udara saat ini begitu panas dan kering di sana. Ada kemungkinan kecil predator lain turun atau ke luar hutan untuk mencari sumber-sumber pakan lain
- [message]
- ##info## Arti Punah dalam bahasa Konservasi adalah:
- Punah dalam bahasa konservasi itu bukan berarti tidak ada sama sekali atau nol individu. Kalimat punah itu dinyatakan jika satwa tersebut masih ada tapi tidak dimungkinkan lagi untuk berkembang biak, bisa jadi karena individu terakhir, tidak diketahui jenis kelaminnya, atau ada 10 harimau dengan jenis kelamin yang sama.
COMMENTS